GATRA PASUPATI – Karangasem, 8 Oktober 2023

Salah satu tugas pokok seorang penyuluh agama adalah melaksankan kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa agama. Minggu (8/10), bertempat di Banjar Adat Desa, Desa Adat Bebandem, Kecamatan Bebandem Penyuluh Agama Hindu, I Wayan Mangku, S Pd didaulat sebagai narasumber dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama Hindu tentang “Banten Prani”. Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Desa Bebandem, Kepala Wilayah Banjar Dinas Desa Tengah, Keliang Banjar Adat Desa beserta pengurus dan anggota Banjar Adat Desa, penyuluh memaparkan tentang definisi tentang banten.

Menurut lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa “…sahananing bebantenan pinaka pinaka raganta tuwi, rupa- rupaning ida bhatara, pinaka anda bhuana…”. Banten merupakan simbol dari tubuh manusia itu sendiri (Bhuwana Alit), wujud dari Ida Bhatara (Ida Sang Hyang Widhi) dan juga simbol alam semesta (Bhuwana Agung). Banten juga sering disebut sebagai upakara, dimana upa artinya persembahan atau hasil dan kara artinya tangan. Jadi upakara adalah haril persembahan dari hasil karya tangan umat Hindu (banten). Banten juga berasal dari kata ‘bang’ artinya merah/ Brahma (Tuhan), dan enten yang berarti ingat. Maka Banten juga berarti ingat selalu dengan Tuhan. Setiap persembahan berupa banten berarti selalu ingat dengan kemahakuasaan Sang Pencipta. Sedangkan kata prani bermakna buron, sato, binatang ternak dan persembahan. Jadi Banten Prani merupakan banten yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasiNya, sebagai ucapan puji syukur atas anugerah yang diberikan kepada umat manusia. Dengan persembahan banten prani ini, umat mengharapkan agar energi-energi positif yang ada di alam semesta senantiasa memberikan kesucian dan kemuliaan kepada umat.